Langsung ke konten utama

Batalion Pesilat - GAPEMA (Gabungan Pencak Mataram)



BATALYON PESILAT : Memang Pernah Terbentuk di Yogyakarta
Kedaulatan Rakyat edisi Kamis Pon, 7 Mei 1981


Gapema (Gabungan Pencak Mataram)

Sejarah bangsa Indonesia memang tak lepas dari perjuangan, keringat dan darah telah dicucurkan dalam merebut maupun menjaga kemerdekaan, semua itu dapat terlihat dari sejarah kerajaan-kerajaan di nusantara yang sangat mahir dalam membela kedaulatan bangsanya ketika menghadapi ancaman-ancaman yang datang dan masih tersimpan baik dalam kekuatan militer bangsa Indonesia sampai pada saat ini. Dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia, perjuangan militer bangsa ini memang sangat berpengaruh besar, namun pencak silat melalui para pesilatnya ternyata juga mempunyai andil dalam hal tersebut. Hal tersebut bisa dilihat mulai dari tokoh-tokoh seperti Pangeran Diponegoro, Si Pitung, Si Jampang dan sebagainya. Namun apakah kita pernah mendengar tentang Gapema? Sebuah batalyon pesilat yang pernah terbentuk di Yogyakarta? Mungkin hanya sedikit dari kita yang pernah mendengar hal tersebut. “Batalyon” kata yang identik dengan militer tersebut ternyata juga dipakai oleh 9 (Sembilan) tokoh pesilat dari kota Yogyakarta dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Kesembilan tokoh tersebut, seperti yang sudah dicantumkan dalam biografi RM Sunardi Suryodiprojo, adalah:

  • Bp. Broto Sutaryo dari perguruan BIMA
  • Bp. Ki Muh Jumali dari Persatuan Pencak Taman Siswa
  • Bp. Harimurti (ndoro Harimurti) Tedjokusuman dari perguruan Krisnamurti
  • Bp. Abdullah dari PK (Pencak Kesehatan)
  • Bp. R. Sukirman dari RKB (Rahasia Kekuatan Badan)
  • Bp. Alip Purwowarsono dari Perguruan SHO (Setia Hati Organisasi)
  • Bp. Suwarno dari perguruan SHT (Setia Hati Terate)
  • Bp. R. Mangkupujono (Den Pono) dari perguruan PH (Persatuan Hati)
  • Bp. RM. Sunardi Suryodiprojo (Den Mas Nardi) dari perguruan TH (Tunggal Hati) yang sekarang menjadi perguruan RA (Reti Ati)

Batalyon yang terbentuk dan seluruhnya terdiri dari pesilat tersebut memang ada dan ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia. Batalyon-batalyon tersebut turut berperan dalam “Pertempuran Kotabaru” dan dalam “Penurunan Bendera Jepang” di Gedung Agung yang akhirnya berhasil menaikkan bendera Merah Putih.


Batalyon pesilat atau yang disebut GAPEMA (Gabungan Pencak Mataram) tersebut berdiri pada masa penjajahan Jepang. Kehidupan di bawah injakan kaki Jepang pada masa itu sangatlah sulit, begitu juga bagi perkembangan pencak silat. Pencak silat selalu diincar oleh pemerintah Jepang karena dianggap sebagai ancaman bagi mereka. Bagi siapapun yang tertangkap, pasti mendapatkan hukuman siksaan, sehingga dalam usaha mendalami ilmu bela diri ini harus dilakukan secara diam-diam. Tetapi semangat juang serta api kobaran hati dari beberapa pesilat pada waktu itu tidak padam. Dengan segala kebulatan tekad dan disertai dengan keluhuran budinya, kesembilan pesilat tersebut akhirnya mendirikan suatu perkumpulan dengan nama “GAPEMA” (Gabungan Pencak Mataram) dengan tujuan menggalang para remaja untuk ikut serta meingkatkan seni bela diri silat yang nantinya akan dipergunakan untuk melawan para penjajah yang menghuni Tanah Air Indonesia.


Sumber: 
- Koran Kedaulatan Rakyat edisi Kamis Pon, 7 Mei 1981
- Arsip pribadi Perguruan Pencak Silat Reti Ati (RM. Sunardi Suryodiprojo : GAPEMA) 


Postingan populer dari blog ini

RM. Sunardi Suryodiprojo (03 Apr 1914 - 05 Jun 1985)

Artikel tentang RM. Sunardi (Romo Nardi atau Den mas Nardi) "BAGAIMANA MENJADI SAKTI DI JAMAN MODERN" di Berita Nasional Mingguan No: 9 Minggu ke 1, bulan Juni 1974 "Di perguruan 'Tunggal Hati', yang dipimpin oleh RM Sunardi (64 th) hanya ada 3 tingkat. Sedang 'Merpati Putih', yang dipimpin oleh Purwoto HP yang pernah menjadi murid RM Sunardi, mengenal 6 tingkat." 

Keunikan Senjata Trisula Pencak Silat

Salah satu senjata yang digunakan dalam seni bela diri Pencak Silat ini adalah Trisula atau Cabang (Indonesia), Tekpi (Malaysia), atau dapat disebut juga Sai bagi para praktisi bela diri Jepang. Trisula atau Cabang ini diyakini berasal dari Indonesia, dengan bukti yang ditemukan pada era Kerajaan Sriwijaya. Senjata Trisula atau Cabang ini adalah senjata yang cukup unik dikarenakan memiliki 3 bilah dan terdiri dari 2 bilah pendek dan satu bilah yang lebih panjang, yang diyakini sebagai senjata yang efektif untuk melawan senjata – senjata panjang seperti pedang maupun tongkat. Senjata ini juga berhubungan erat dengan budaya dari India yang tersebar di beberapa daerah di Asia Tenggara. Senjata ini juga banyak dipakai sebagai lambang sebuah perguruan pencak silat di Indonesia, maupun lambang IPSI sebagai organisasi Pencak Silat yang menaungi berbagai perguruan pencak silat di Indonesia.  Pemajangan Senjata Trisula di Keraton Surakarta Penggunaan senjata Trisula ini pada masa

Tingkatan Perguruan Pencak Silat RETI ATI

  Dalam Perguruan Pencak Silat "RETI ATI" terdapat 10 tingkatan dengan nama tingkatan dan warna strip yang berbeda - beda, diantaranya: Tingkat I (Tingkat Calon Siswa) Warna Strip: Strip 2 Hitam Tingkat II (Tingkat Siswa Muda) Warna Strip: Strip 2 Coklat Tingkat III (Tingkat Siswa Madya) Warna Strip: Strip 2 Biru Tingkat IV (Tingkat Siswa) Warna Strip: Strip 2 Hijau Tingkat V (Tingkat Calon Pembantu Pelatih) Warna Strip: Strip 2 Kuning Tingkat VI (Tingkat Pembantu Pelatih) Warna Strip: Strip 2 Perak Tingkat VII (Tingkat Kader Pelatih) Warna Strip: Strip 3 Perak Tingkat VIII (Tingkat Pendekar Muda) Warna Strip: Strip 2 Emas Tingkat IX (Tingkat Pendekar) Warna Strip: Strip 3 Emas Tingkat X (Tingkat Pendekar Besar) Warna Strip: Strip Blok Emas Catatan: Untuk tingkat ini hanya diperoleh Guru Besar Perguruan Pencak Silat "RETI ATI"